Oleh:
S. Ratih Uswatun Khasanah,S.Si
“Blended learning combines the best aspects of online learning, structured face-to-face activities, and real world practice. Online learning systems, classroom training, and on-the-job experience have major drawbacks by themselves. The blended learning approach uses the strengths of each to counter the others weaknesses.”
(Semler: 2005)
Sabtu, 16 Mei 2020 merupakan akhir kegiatan belajar mengajar (KBM) dalam jaringan (daring/online) tahap awal sebelum libur hari raya Idul Fitri 1441 Hijriah. KBM moda daring terpaksa dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia sebagai upaya menjaga keberlangsungan proses belajar-mengajar di tengah bencana non-alam berupa wabah Corona Virus Disease-2019 (Covid-19).
KILAS BALIK BELAJAR DARING TAHAP I
Genap 2 bulan (16 Maret - 16 Mei 2020) bapak dan ibu guru bekerja dari rumah (work from home (WFH)) membimbing siswa/i-nya belajar dari rumah (BDR). Situasi dan kondisi yang serba baru ini membutuhkan beberapa penyesuaian. Betapa tidak, puluhan tahun telah terbiasa melaksanakan KBM luar jaringan (luring) dengan cara tatap muka, sekarang mendadak harus mengajar jarak jauh menggunakan jaringan Informasi dan Teknologi (IT). Maka, strategi mengajar daring ditempuh dengan cara-cara sederhana (menggunakan aplikasi whatsapp dan telegram), memanfaatkan layanan belajar siap pakai (seperti e-learning madrasah Kementerian Agama RI, Rumah Belajar Pusdatin Kemendikbud, siaran edukasi TVRI dan TVE, maupun platform pendidikan swasta seperti Ruang Guru, dll.) hingga cara premium dengan kelas-kelas virtual (seperti edmodo, microsoft team, moodle, google classroom, schoology, dll.) yang dikembangkan oleh para guru milenial. Bersamaan dengan ini, banyak workshop online diselenggarakan oleh stakeholder semisal organisasi profesi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan Ikatan Guru Indonesia (IGI), EduTech Madrasah, lembaga-lembaga pendidikan, dan komunitas-komunitas guru dalam rangka membantu percepatan pemerataan penguasaan teknologi bagi guru se-nusantara demi memperlancar jalannya KBM. Semua bahu-membahu saling membantu. Indahnya kebersamaan di negeriku…..
Pengalaman tahap I KBM daring masih terdapat banyak kelemahan. siswa/i mengeluh “agak susah mengerti penjelasan guru yang disampaikan lewat teleconference”, “lama nggak ketemu, rindu guru dan teman-teman”, “bosen di rumah aja”, “nggak pergi sekolah, nggak dapat uang jajan” hihihi. Orangtua mengeluh bengkaknya anggaran rumah tangga untuk pembelian kuota internet. Guru mengeluh “susah mengontrol dan memberikan feedback pada siswa/i yang belum tuntas tugasnya karena tidak bertatap muka langsung.” Tidak semua siswa/i dapat mengikuti KBM daring karena kendala biaya, sinyal, dsb.
Guru berusaha menyeimbangkan ketercakupan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam KBM daringnya. Tetapi tidak dipungkiri bahwa ranah kognitiflah yang dapat disentuh lebih luas, dan susahnya menuntaskan target kurikulum. Untungnya sejak awal sudah disosialisasikan dalam SE Mendikbud no. 4 tahun 2020 dan surat Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI no. B-686.1/DJ.I/Dt.I.I/PP.00/03/2020 bahwa “belajar dari rumah melalui pembelajaran daring dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum kenaikan kelas maupun kelulusan.” Adakah keuntungan dan manfaat lainnya?
MANFAAT BDR DAN WFH
Belajar dari rumah (BDR) membuat siswa/i punya lebih banyak waktu berkumpul bersama orangtua dan saudaranya di rumah. Jika di hari belajar efektif siswa/i menghabiskan waktu belajar di sekolah dari pagi hingga sore, maka saat BDR mereka memiliki lebih banyak waktu luang setelah belajar daring untuk belajar lebih banyak ilmu kecakapan hidup dengan cara membantu orangtua membereskan rumah, menyiapkan masakan di dapur, berkebun, menata taman di halaman rumah, dll. Kegiatan seperti itu, meski terlihat sepele tetapi sangat berguna sebagai bekal hidup mandiri dan bermasyarakatnya di masa depan. Selain itu, BDR merupakan momen emas bagi para orangtua untuk me-review kembali kedisiplinan putra/i-nya dalam melaksanakan ibadah (semisal sholat, puasa, mengaji, muroja’ah hafalan Qur’an dan hadits-nya, dsb.). Pada akhirnya, seluruh aktivitas yang dilakukan di rumah bermanfaat bagi penguatan ikatan (bonding) antara orangtua dan anak.
Work from home (WFH) bagi guru memberikan pengalaman baru yang sangat berkesan. Mengajar menggunakan piranti digital mengasah kreativitas guru untuk terus berinovasi menyajikan konten-konten pembelajaran yang menarik, serta “memaksa” guru tampil prima di depan kamera saat teleconference layaknya mengajar di depan kelas. pemberian tugas daring kepada siswa/i pun bisa dikemas kreatif menggunakan aplikasi semisal Google Formulir, Kahoot, Quizizz, dll. Jenis penugasan digital sangat meringankan tugas guru, karena nilai diperoleh tanpa koreksi manual dan analisis butir soal lebih mudah diselesaikan.
“Asyik juga ya belajar begini….” ujar salah seorang siswi yang diaminkan oleh teman-temannya pada kesempatan teleconference.
HARAPAN BARU DI TAHUN PELAJARAN BARU
Tidak ada yang tahu pasti kapan masa pandemi Covid-19 akan berakhir. Namun Mendikbud telah mengumumkan “awal tahun pelajaran 2020/2021 dimulai 13 Juli 2020” setelah sebelumnya mewacanakan beberapa skenario pembelajaran pasca bencana non-alam (Covid-19) pada 1 Mei 2020. Kementerian Agama RI melalui Dirjen Pendidikan Islam telah merilis kalender pendidikan T.P 2020/2021. Lantas bagaimana realisasinya? Akankah ada KBM daring tahap II ? Tentu akan ditentukan kemudian hari dengan mempertimbangkan kondisi teraktual dampak pandemi Covid-19, apakah KBM akan tetap daring atau sudah bisa luring.
Andai kondisi normal kembali …..
Hendaknya semua ilmu dan pengalaman berharga di masa pandemi tidak berlalu begitu saja. Keterbatasan penerapan pembelajaran daring (e-learning) dan kekurangan proses belajar luring dengan segala metode kreatif yang pernah ada (role playing, debate, jigsaw, NHT, picture and picture,dll.) dapat disempurnakan menggunakan metode blended learning.
BLENDED LEARNING OLEH GURU MILENIAL UNTUK GEN-Z DAN GEN-ALFA
Blended learning adalah metode mengajar yang menggabungkan proses KBM daring dan luring. Menurut Semler, Blended learning merupakan sebuah kemudahan pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pengajaran, dan gaya pembelajaran, memperkenalkan berbagai pilihan media dialog antara fasilitator dengan orang yang mendapat pengajaran.
Sebenarnya metode ini bukan hal baru di dunia pendidikan. Pendidikan tinggi (Dikti) telah menerapkan metode ini dari jauh hari. Pada tataran pendidikan dasar dan menengah, Komunitas Guru Belajar dan Kampus Guru Cikal sudah mengkampanyekannya sejak beberapa bulan lalu. Tetapi ia masih menjadi “barang mewah” kala itu. Kini, pandemi Covid-19 mengubah segalanya. Sekarang penguasaan IT sudah lebih merata di kalangan guru se-nusantara. insyaAllah blended learning mudah diterapkan. Berdasarkan pengalaman penulis, metode ini memiliki banyak keunggulan, antara lain:
ü Efektif digunakan oleh guru untuk mencapai target pembelajaran sesuai tuntutan silabus. Strateginya dapat dilakukan dengan cara pemberian materi pra-KBM melalui kegiatan literasi baca e-modul dalam gadget masing-masing, penjelasan materi belajar melalui tatap muka, penilaian ulangan harian secara luring di kelas dan penugasan mandiri secara daring. Kegiatan daring dapat dilakukan di luar jam belajar, di luar kelas. Hemat waktu.
ü siswa/i mendapatkan pengalaman belajar yang bervariasi dan dapat mengarahkan mereka pada pengoptimalan fungsi gadget lebih dari sekedar untuk browsing, chatting, dan stalking di dunia maya.
Menurut penulis, blended learning merupakan metode yang tepat diterapkan oleh guru milenial kepada siswa/i-nya yang berada pada kelompok usia Gen-Z dan Gen-Alfa, karena ketiga generasi ini memiliki kesamaan karakteristik, yaitu sama-sama akrab dengan dunia teknologi digital. Bukan zamannya kita melarang mereka menggunakan gadget. Membatasi durasi pemakaian gadget sangat perlu. Arahan yang benar diimbangi penanaman norma agama dan sosial yang kuat, serta disiplin pengawasan akan mengoptimalkan manfaat teknologi dalam genggaman tangannya.
Untuk memaksimalkan capaian hasil pembelajaran menggunakan blended learning, guru harus menguasai penggunaan (minimal satu) aplikasi edukasi/ gamifikasi digital. Masih ada waktu WFH 2 bulan ke depan, masih ada banyak kesempatan untuk belajar menguasai penggunaan aplikasi-aplikasi tersebut. Mari bersama belajar meng-upgrade diri untuk menciptakan suasana belajar yang bervariatif di ruang-ruang kelas. Bukankah sejatinya guru itu pembelajar sepanjang hayat?
Akhirul kalam, semoga tulisan sederhana ini bermanfaat. Never stop learning, because life never stops teaching.
Negeri Istana, 26 Ramadan 1441 H
S.Ratih Uswatun Khasanah, S.Si
Guru Muda pada MAN 1 Siak
sumber: kanwil kemenag Riau

Tidak ada komentar:
Posting Komentar